Los Angeles,
KompasOtomotif — Toyota 86, mobil sport kompak yang menggunakan mesin
boxer dari
Subaru, menjadi pilihan dengan suara terbanyak pada IIMS ke-20 yang
berakhir pekan lalu. Hal ini membuktikan, mobil tersebut mempunyai daya
tarik tinggi bagi konsumen.
Meski laris manis, ternyata di Amerika Serikat, produk hasil
kolaborasi Toyota dan Subaru ini bermasalah. Beberapa konsumen, baik
pemilik 86 maupun BRZ melaporkan kalau mesin mobilnya tiba-tiba mati dan
sulit dihidupkan kembali.
Kesimpulan Toyota dan Subaru yang telah mendalami laporan tersebut mengatakan, masalah muncul karena pemetaan (
mapping) pada komputer mesin (ECU) terganggu. Ditambahkan, tidak ada masalah teknis yang terjadi pada mesin.
Kendati demikian, bagi beberapa konsumen yang mengaku sudah melakukan
perbaikan, gangguan tersebut tetap saja terjadi. Menanggapi hal
tersebut, Brian Lyons selaku juru bicara Toyota, mengatakan, "Komputer
baru mesin perlu beradaptasi dengan rangkaian komponen lain (juga diatur
oleh komputer mesin). Komputer juga akan beradaptasi dengan cara
pengemudi mengendarai mobilnya. Sampai jarak 160 km, memori komputer
akan menyimpan data-data tersebut."
Kode eror
Dijelaskan, masalah tersebut terjadi karena
coding peranti
lunak tidak bisa diindentifikasi oleh ECU. Khususnya proses adaptasi
dengan perilaku pengemudi. Saat itu mesin tidak menemukan titik
toleransi. Peranti lunak tidak berfungsi atau mengalami anomali.
Upaya ECU mengetahui perilaku mengemudi tidak sesuai dengan program yang dibuat. Akibatnya mesin
ngadat. ECU memberi indikasi gangguan melalui lampu di panel instrumen. Ketika dicek dengan
checker, muncul kode eror "P00019".
Belum 160 km
Toyota mengatakan, mobil yang dimiliki konsumen di AS saat ini belum menempuh jarak 160 km. Untuk perbaikan, teknisi akan me-
refresh komputer mesin dengan pemetaan yang tepat. Jika sudah digunakan lebih dari 160 km, maka komputer mesin harus diganti.
"Masalah ini melibatkan kerja VVT, tetapi tidak memerlukan perbaikan
mekanis. Tindakan selanjutnya, komputer harus bisa memperbesar toleransi
deteksi untuk mencegah anomali," beber Lyons.
Subaru
Tanggapan Subaru tentang hal ini sama dengan Toyota, yaitu
pemetaan pada ECU yang terganggu. Untuk mengatasinya, tidak perlu
mengganti komponen, tetapi cukup penyetelan ulang.
"Masalah ini tidak ada kaitannya dengan jarak tempuh. Tidak perlu mengganti ECU sampai jarak tempuh tertentu. Fisik komputer (
hardware) tidak ada yang rusak," ungkap juru bicara Subaru, Dominick Infante.
Lyons menambahkan, semua mobil yang melapor ke bengkel resmi sejak
pertengahan Agustus lalu seharusnya sudah selesai menjalani pemetaan
ulang (
remapping) ECU. Berdasarkan pemeriksaan, tidak semua komputer mesin bermasalah.
Tidak puas
Para pemilik Toyota 86 dan Subaru BRZ di Amerika Serikat kini
mengaku tidak puas karena kinerja mobilnya tidak maksimal. "Milik saya
sudah menginap tiga pekan di bengkel. Suku cadangnya lagi dipesan," ujar
salah satu pemilik Scion FR-S (nama Toyota 86 di AS) dalam
forum FT86Club.com. "Gigi kem (
cam gear) VVT-i
dan katup kontrol oli
sudah diganti. Namun,
paking masih dipesan," lanjut pemilik tersebut.
Kendati Infante mengatakan, gangguan pada pemetaan ECU sebenarnya
sangat langka, tetapi melalui FT86club, sudah100 anggota yang mengaku
mengalami hal sama. Mereka menjelaskan, pemetaan ulang belum memecahkan
masalah. Mereka justru harus harus bolak-balik ke bengkel untuk
perbaikan lain.
Di lain hal, Toyota dan Subaru belum mengeluarkan data, yaitu jumlah mobil yang mengalami masalah, mesinnya
ngadat karena pemetaan komputer yang
ngaco.
sumber info : http://otomotif.kompas.com/read/2012/10/05/4577/Gawat.Toyota.86.dan.Subaru.BRZ.Bermasalah.